Dr. Ngadiman sebagai Executive Produser menerangkan, Film “Nona Manis Sayange” memadukan daya tarik visual Labuan Bajo, musik unik namun menawan dari Indonesia Timur, dan kisah romansa yang dapat diterima secara universal yang berakar pada budayanya.
Melalui film ini, Dr. Ngadiman, didorong oleh hasratnya yang kuat untuk memajukan industri perhotelan di Indonesia sekaligus memperkenalkan keindahan menawan dari keanekaragaman budaya dan alam Nusantara. Kali ini, berlatar belakang Labuan Bajo, film ini menampilkan lokasinya yang sangat indah, potensi wisata, kekayaan budaya, bahkan tantangan yang dihadapi masyarakat setempat.
“Semua dikemas dengan cerita romance dan juga ada komedinya. Sehingga isi film ini memberikan edukasi yang comprehensive terhadap penonton. Selama ini hanya film hantu yang banyak dibuat tapi tidak ada nilai edukasinya,” ujar Ngadiman Kepada Awak media
Kata Ngadiman, Film ini dibuat untuk mempromosikan pariwisata juga memperkenalkan kebudayaan, masalah sosial: tentang belis atau mahar atau nama lain di daerah lain yang selalu disalahartikan dengan uang, sehingga kekerasan wanita juga sering terjadi dalam perkawinan.
Sinopsis
Film “Nona Manis Sayange” menceritakan tentang Sikka seorang gadis remaja yang lahir dari keluarga pengusaha kaya. Sikka bersahabat semenjak kecil dengan Akram, anak keluarga seorang pelaut yang hidup di pesisir pulau Labuan Bajo, mereka tumbuh bersama dan saling menguatkan melewati perjalanan hidup yang memperdalam perasaan cinta mereka berdua.
Kisah Cinta mereka seketika rumit, manakala ambisi dan manipulasi datang dari Ayah Sikka untuk memisahkan mereka. Sebagai anak pelaut, Akram di tuntut aturan Adat untuk membayar Belis (syarat Mahar tradisi suku Manggarai di Labuan Bajo) dari ayah Sikka yang nilainya fantastis, jika ia ingin menikah dengan Sikka.
Hal itu tidak membuat sosok Akram mundur dan tetap berjuang demi Sikka. Di sisi lain Sikka juga berusaha meyakinkan ayahnya bahwa cinta Sejati bukan dilihat dari nilai Materi ataupun Status Sosial. Beragam Keindahan romantisme alam Labuan Bajo ternyata bisa menyatukan kisah Cinta remaja dengan pengaruh norma adat dan budaya yang berkembang di Masyarakatnya.
Konten Lokal punya Daya Tarik Luar biasa
Film-film lokal Indonesia telah berulang kali membuktikan bahwa adat istiadat, budaya, dan kearifan lokal dapat menjadi nilai jual yang menarik penonton bioskop Indonesia. Misalnya saja “Uang Panai” yang menarik lebih dari 500.000 penonton.








