Jebolan Magister Ilmu Komunikasi UGM itu menegaskan, Kekalahan petahana dalam kontestasi elektoral bisa dimaknai sebagai bentuk penghakiman rakyat terhadap pemimpin yang kinerjanya kurang maksimal.
“Persis itulah yang sebenarnya kita harapkan dari proses pemilu. Pemilu bukan semata-mata dijalankan sebagai rutinitas lima tahunan. Pemilu/Pilkada mesti benar-benar dimanfaatkan oleh rakyat untuk mengevaluasi kinerja pemimpin mereka,” kata Ferdy
Meskipun demikian, alumni IFTK Ledalero itu menerangkan dalam kalkulasi elektoral potensi petahana menang memang cenderung lebih besar karena dia nyaris memiliki dan menguasai semua modal dan infrastruktur sosial. Dia sudah memiliki basis pemilih loyal. Popularitasnya juga cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan lawan politiknya. Bahkan potensi dia memanfaatkan aparatur dan infrastruktur negara juga besar. Berkaitan dengan poin terakhir ini memang dibutuhkan kontrol yang kuat dari masyarakat dan lawan politik.
Ia menambahkan, meskipun potensi petahana menang cenderung lebih besar, kontestan lawan tidak boleh menyerah dan pasrah. Status sebagai petahana hanya salah satu variabel yang menentukan kemenangan.








